Sunday, June 2, 2013

Misteri Samiri di Zaman Musa

Salah satu kisah nabi Musa dan bani Israel yang terkenal disebutkan di dalam Al-Qur'an, selain kisah Fir'aun dan Haman (silakan klik dan baca :  "Fir'aun dan Pengakuan Sebagai Tuhan" dan "Haman dan Menara yang Mencapai Langit"), adalah kisah penyembahan bangsa Israel kepada patung anak lembu buatan Samiri sepeninggal Musa. Kisah ini dijabarkan di dalam surah Thaahaa ayat 85-99. Kisah ini menjadi salah satu perdebatan di antara kalangan ahli kitab, karena pengisahan yang berbeda dengan apa yang disampaikan Alkitab Perjanjian Lama atau Tanakh. Di dalam Alkitab tidak disebutkan adanya sosok Samiri sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pembuatan patung anak lembu yang kemudian di sembah oleh bangsa Israel. Sebaliknya di dalam kitab Keluaran pasal 32 disebutkan bahwa yang membuat patung anak lembu untuk disembah oleh bangsa Israel adalah Harun, saudara Musa.

Di dalam Alkitab sendiri, Samiri muncul di dalam kitab II Raja-raja pasal 17 ayat 29 yang mengacu kepada bangsa Samaria yang menyembah berhala. Bangsa dan kota Samaria sendiri, menurut Alkitab, baru ada beberapa ratus tahun setelah Musa dan ketika Musa hidup, belum ada bangsa dan orang Samaria.
[II Raja-Raja 17:29] Tetapi setiap bangsa itu telah membuat allahnya sendiri dan menempatkannya di kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, yang dibuat oleh orang-orang Samaria; setiap bangsa bertindak demikian di kota-kota yang mereka diami
Dengan argumen ini, beberapa golongan ahli kitab mengklaim bahwa kisah Samiri di dalam Al-Qur'an adalah tidak akurat karena menyebutkan keterlibatan orang Samaria di zaman Musa padahal belum ada orang Samaria di masa tersebut.

Sebelum membahas lebih jauh, berikut adalah apa yang di ceritakan oleh Al-Qur'an mengenai Samiri dan bangsa Israel di dalam Al-Qur'an surah Thaahaa ayat 85-99 :
[Q.S 20:85] Allah berfirman: "Maka sesungguhnya kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri (al-samiri).
Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?"
Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri (al-samiri) melemparkannya",
kemudian dia (samiri) mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa".
Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?
Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan (patung anak lembu) itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku".
Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami"
Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, sehingga kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?"
Dia (Harun) berkata: "Hai putra ibuku janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): "Kamu telah memecah antara Bani Israel dan kamu tidak memelihara amanatku".
Dia (Musa) berkata: "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?"
Dia (samiri) menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak "utusan" lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku".
Dia (Musa) berkata: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: "Janganlah menyentuh (aku)". Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan). Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu".
Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan
Berdasarkan kisah yang di paparkan Al-Qur'an dalam surah Thaahaa ayat 85-99 di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai sosok "Samiri" :
  1. Samiri bukanlah suatu nama perorangan, akan tetapi merupakan nama julukan atau bahkan nama suatu kaum. Di dalam ayat-ayat tersebut, penyebutan samiri menggunakan kata "al-" menjadi "al-samiri". Penggunaan "al-" biasanya mengacu kepada suatu gelar atau julukan, bukan nama perorangan.
  2. Al-samiri disini adalah orang yang dipercaya oleh bangsa Israel, bahkan kemungkinan adalah bagian dari bangsa Israel itu sendiri. Bangsa Israel yang baru saja diselamatkan dan dikeluarkan dari Mesir, tidak akan percaya kepada orang asing yang membawa wujud "tuhan" kepada mereka.
  3. Lebih lanjut,  al-samiri si pembuat patung anak lembu ini adalah salah satu pembesar kaum "samiri", karena di ayat 88, menggunakan kata ganti orang ketiga tunggal (akhraja -- mengeluarkan -- bentuk orang ketiga tunggal) yang mengacu kepada al-samiri (individu), yang kemudian diikuti dengan kata ganti orang ketiga jamak (qaaluu -- mereka berkata -- bentuk orang ketiga jamak) yang juga mengacu kepada al-samiri (kelompok)
Pertanyaan selanjutnya, siapakah "Samiri" yang dikisahkan di dalam Al-Qur'an tersebut. Dalam ini ada dua pendapat untuk dipertimbangkan :
  1. Samiri adalah sebutan bagi orang Samaria sebagaimana yang disebutkan dalam Alkitab kitab II Raja-Raja pasal 17 ayat 29. Namun bangsa Samaria dan penamaan bagi orang Samaria ini baru terbentuk beberapa abad setelah Musa.
  2. Samiri adalah suatu kaum pemeluk agama Ibrahim yang menyatakan diri sebagai keturunan langsung dari nabi Yusuf melalui anak-anaknya yaitu Ephraim dan Mannaseh. Mereka dinamakan kaum Samaritan dan di masa sekarang menetap di dua tempat yaitu di Kiryat Luza di gunung Gerizim dekat kota Nablus, West Bank, dan di Kota Holon, Israel. Pendapat yang lain namun lemah menyatakan kaum Samaritan ini adalah keturunan dari Issachar melalui anaknya yaitu Shimron.
Melihat dari ketiga kemungkinan tersebut, yang paling memungkinkan adalah "al-samiri" adalah bentuk arab dari "samaritan". Tapi mari kita lihat kemungkinan pertama, dengan mengacu kepada Alkitab, naskah ibrani dari kitab II raja-raja pasal 17 ayat 29 menyebutkan :


Yang digaris bawahi adalah "shomronim" yang berarti "orang (penghuni) samaria".  Encyclopaedia Judaica ketika menjelaskan mengenai "samaritan" menyebutkan :
Little guidance is obtained from the name of the Samaritans. The Bible uses the name Shomronim once, in II Kings 17:29, but this probably means Samarians rather than Samaritans. The Samaritans themselves do not use the name at all; they have long called themselves Shamerin; i.e., "keepers" or "observers" of the truth, both the short and long forms being in constant use in their chronicles. They take the name Shomronim to mean inhabitants of the town of Samaria built by Omri (cf. I Kings 16:24), where the probable origin of the word Shomronim is to be found)
Disini terlihat bahwa kaum Samaritan sebagaimana yang disebutkan di poin kedua tidak menyebut diri mereka dengan shomronim , akan tetapi menyebut diri mereka shamerinyang berarti "penjaga" atau "pengawas", karena mereka mengaku sebagai keturunan langsung dari nabi Yusuf dan merupakan bangsa penjaga ajaran Israel, termasuk taurat yang kemudian diturunkan kepada nabi Musa. Masih menurut Encyclopedia Judaica, lebih lanjut dikatakan :
According to the former, the Samaritans are the direct descendants of the Joseph tribes, Ephraim and Manasseh, and until the 17th century C.E. they possessed a high priesthood descending directly from Aaron through Eleazar and Phinehas. They claim to have continuously occupied their ancient territory in central Palestine and to have been at peace with other Israelite tribes until the time when Eli disrupted the Northern cult by moving from Shechem to Shiloh and attracting some northern Israelites to his new cult there. For the Samaritans, this was the 'schism' par excellence.
Dari sumber yang lain, The New Bible Dictionary, ketika membahas mengenai "Samaritans" mengatakan:
    ... Samaritans are mentioned only in 2 Ki. 17:29, a passage which describes the syncretistic religion of those peoples whom the king of Assyria transported to the N kingdom of Israel to replace the exiled native population after the fall of Samaria (722/721 BC).

    Several reasons argue strongly against the identification, favoured by Josephus and many others since, of this group with the Samaritans as they are more widely known from the NT..., some of whose descendents survive to the present day in two small communities at Nablus and Holon: (i) the word used (haššōmrōnîm) seems merely to mean 'inhabitants of (the city or province of) Samaria (šōmrôn)', and this fits the context of 2 Ki. 17 best; (ii) there is no evidence that the later Samaritans inhabited Samaria. The earliest certain references to them, by contrast, all points clearly to their residence at Shechem..., whilst one of the Josephus' sources refers to them as 'Shechemites'...; (iii) nothing whatever that is known of later Samaritan religion and practice suggests the pagan influence of 2 Ki. 17 or Ezr. 4
Jadi jelaslah bahwa orang-orang samaria yang di sebutkan di dalam Alkitab kitab II Raja-Raja pasal 17 ayat 29 adalah berbeda dengan "al-samiri" yang disebutkan di dalam Al-Qur'an yang se-zaman dengan nabi Musa.  Karena orang-orang samaria yang ada di dalam Alkitab adalah "shomronim" sedangkan kaum Samaritan sendiri menyebut diri mereka "shamerin" yang dibahasa arabkan menjadi "al-samiri". Dari sudut pandang genetika, melalui penelitian yang dilakukan terhadap orang-orang Samaritan yang masih ada sampai sekarang, terbukti bahwa kaum Samaritan memiliki kedekatan genetika dengan orang-orang Yahudi, sebagaimana diutarakan di dalam artikel riset  HUMAN MUTATION 24:248-260 (2004) (sumber : http://evolutsioon.ut.ee/publications/Shen2004.pdf). Di dalam artikel tersebut dikatakan :
The data in Tables 3 and 4 indicate that the Samaritan and Jewish Y-chromosomes have a much greater affinity than do those of the Samaritans and their longtime geographical neighbors, the Palestinians. However, this is not the case for the mtDNA haplotypes. In fact, Table 4 shows that distances of Samaritans to Jews and Palestinians for mtDNA are about the same. Further, the low mitochondrial haplotype diversity suggests that the rate of maternal gene flow into the Samaritan community has not been very high despite their tradition to regard children of male Samaritans born to females from outside as Samaritan... Based on the close relationship of the Samaritan haplogroup J six-microsatellite haplotypes with the Cohen modal haplotype, we speculate that the Samaritan M304 Y-chromosome lineages present a subgroup of the original Jewish Cohanim priesthood that did not go into exile when the Assyrians conquered the northern kingdom of Israel in 721 BC, but married Assyrian and female exiles relocated from other conquered lands, which was a typical Assyrian policy to obliterate national identities. This is in line with biblical texts that emphasize a common heritage of Jews and Samaritans, but also record the negative attitude of Jews towards the Samaritans because of their association with people that were not Jewish. Such a scenario could explain why Samaritan Y-chromosome lineages cluster tightly with Jewish Y-lineages..., while their mitochondrial lineages are closest to Iraqi Jewish and Palestinian mtDNA sequences... Finally, the high degree of homogeneity in each of the four male Samaritan lineages, which holds with two exceptions even over 13 microsatellite loci..., underscores the strong male-based endogamy of the Samaritan culture that has effectively limited any male-driven gene flow between the four families
Berarti jelaslah bahwa Samiri disini adalah suatu kaum keturunan Israel yang dijuluki sebagai "shamerin" atau "al-samiri" yang dalam bahasa Ibrani berarti "penjaga" atau "pengawas". Hal ini sesuai dengan apa yang di sampaikan Al-Qur'an dimana kaum al-samiri ini keluar bersama-sama bangsa Israel karena mereka memang termasuk dari 12 suku Israel, mengingat nabi Yusuf adalah keturunan Israel (nabi Yakub, karena nabi Yakub dijuluki juga sebagai Israel) sebagaimana halnya Yehuda. Lebih lanjut lagi, nabi Yusuf lah yang membawa bangsa Israel, Yakub dan anak keturunannya, ke Mesir dan ketika itu nabi Yusuf bertindak sebagai "pengawas" Mesir bagi Fir'aun. Hal itu pula yang membuat bangsa Israel percaya kepada al-samiri ketika dia membuatkan patung anak lembu yang dapat bersuara bagi bangsa Israel, karena kaum al-samiri tersebut adalah termasuk bangsa Israel juga, yang ikut keluar bersama-sama dengan bangsa Israel lainnya.

Terdapat pendapat lain, namun tidak kuat, yang menyebutkan kaum Samaritan yang ada sekarang adalah keturunan dari Isaccar melalui anaknya, Shimron. Dari nama Shimron inilah istilah Samaritan berasal. Hal ini di dituliskan oleh Rabbi Dr. H. Freedman (Translation) dalam bukunya Midrash Rabbah: Genesis II, 1939, Soncino Press: London, XCIV.7, pp. 873-874, yang menyebutkan :
Rabbi Meir met a Samaritan and asked him: 'Whence are you descended?' 'From Joseph,' he replied. 'That is not so,' he said. 'Then from whom?' 'From Issachar,' he told him. 'How do you know this?' he countered. - Because it is written, AND THE SONS OF ISSACHAR: TOLA, AND PUVAH, AND IOB, AND SHIMRON - the last name referring to the Samaritans
Namun, pendapat yang terakhir ini pun tetap menunjukkan asal-usul Samaritan atau al-samiri yang dirunut sampai kepada Israel atau nabi Yakub, karena Issachar adalah anak kesembilan nabi Yakub, walaupun pendapat yang lebih kuat adalah apa yang diyakini oleh kaum Samaritan yang ada sampai saat ini.

Dengan demikian, dalam hal ini informasi tentang Samiri di dalam Al-Qur'an tidak salah dan bertentangan, bahkan memberikan informasi bahwa penjulukan al-samiri sebagai keturunan nabi Yusuf telah ada pada zaman nabi Musa, dan kisah ini juga membersihkan serta menghindarkan  nama nabi Harun selaku utusan yang memperoleh amanah Allah, dari tindakan tercela yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang rasul, yaitu menyembah atau bahkan membuat sesembahan selain Allah.


Wallahu a'lam

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

Sumber : http://www.islamic-awareness.org/Quran/Contrad/External/samaritan.html dan sumber-sumber lainnya
Narrated Abu Huraira:
I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet .
(Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

untuk melihat dan mencari ayat-ayat Quran dapat melalui http://www.quranplus.com/
panduan kata per kata dapat menggunakan http://corpus.quran.com/wordbyword.jsp
Arabic-English Lane's Lexicon : http://www.tyndalearchive.com/tabs/lane/
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...