Sunday, April 22, 2012

Al-Qur'an dan Pertentangan yang Banyak di Dalamnya

Tentu saja tidak berlebihan kiranya ketika Paul Dirac, Penemu Mekanika Kuantum, mengatakan bahwa "If there is a God, He's a great mathematician". Bahasa dan matematika menjadi dasar dari semua ilmu, dan pembuktian yang paling rasional dan akurat adalah pembuktian secara matematika. Dalam hal ini, logika matematika berperan dalam pembuktian suatu pernyataan ataupun pengambilan kesimpulan.

Al-Qur'an, sebagai kitab suci umat Islam, mempertaruhkan kekonsistenannya dengan pernyataan yang mengacu kepada dirinya sendiri. Pernyataan ini terdapat dalam Surah An-Nisaa (4) ayat 82
[4:82] Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan (ikhtilafan) yang banyak di dalamnya.
Pembaca Quran yang kritis tentunya akan berkata, "Karena umat Islam yakin bahwa Al-Qur'an itu dari sisi Allah, berarti memang ada pertentangan didalam Al-Qur'an, walaupun tidak banyak?". Disini logika matematika bermain.

Di sekolah kita pernah di ajarkan mengenai logika matematika. jika ada 2 premis A dan B, maka pernyataan "jika A maka B" akan memiliki nilai kebenaran yang sama dengan (atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa) "jika bukan B maka bukan A". Pernyataan "jika A maka B" belum tentu dapat disimpulkan "jika bukan A maka bukan B" karena memiliki nilai kebenaran yang berbeda, sebagaimana ditunjukkan oleh tabel kebenaran di bawah ini :




Pernyataan Al-Quran di ayat 4:82 dapat dibagi menjadi dua premis :
Premis A : Al-Quran bukan dari sisi Allah
Premis B : Terdapat pertentangan yang banyak di dalamnya
menjadikan bumerang bagi Al-Qur'an bahwa satu-satunya cara memperoleh kesimpulan bahwa Al-Qur'an berasal dari sisi Allah (yang berarti negasi dari pernyataan A, not A) adalah dengan menegasikan pernyataan B, yang berarti "Terdapat pertentangan, tapi tidak banyak, di dalamnya", karena hanya dengan "not B" maka dapat disimpulkan "not A".

Tentu saja pernyataan seperti ini akan membuat umat Islam menyangah, "tentu saja tidak mungkin ada pertentangan di dalam Al-Qur'an walaupun sedikit". Tapi "tidak ada pertentangan" bukanlah negasi dari pernyataan B di ayat 4:82 di atas, jadi kita harus berbesar hati menerima pernyataan "ada pertentangan dalam Al-Qur'an, walaupun tidak banyak".

Disinilah bahasa berperan. Secara bahasa, dan juga secara matematika, "banyak" adalah lebih dari satu. "Tidak banyak" berarti kurang atau sama dengan satu. Bukalah Al-Qur'an dari awal sampai akhir, bacalah dengan teliti kata per kata, carilah kata "ikhtilafan" (pertentangan) dalam Al-Qur'an. Anda akan mendapati hasilnya tidak banyak, hanya ada satu kata "ikhtilafan" di dalam keseluruhan Al-Qur'an, yaitu di surah 4 ayat 82. Ada "ikhtilafan", tapi tidak banyak, hanya satu.

Al-Qur'an dengan menakjubkan berhasil membuktikan bahwa dirinya memang berasal dari Allah, dengan membuat suatu kesimpulan "Jika mereka mendapati hanya ada satu pertentangan di dalamnya, maka Al-Qur'an berasal dari sisi Allah", yang memili nilai kebenaran yang sama dengan pernyataan Quran surah 4:82.

Andaikan pernyataan surah 4:82 itu berbunyi "... Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan (ikhtilafan) di dalamnya" tanpa penekanan "yang banyak", maka secara logika matematika, Al-Qur'an tidak dapat membuktikan dirinya dari sisi Allah (walaupun tidak juga dapat disimpulkan "bukan dari sisi Allah" secara logika matematika), karena pada kenyataannya ada satu "ikhtilafan" yaitu di ayat 4:82.

Mungkin ada yang bertanya, bagaimana dengan surah Al-Baqarah(2) ayat 2 bunyinya : "Kitab ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa". Bukankah menurut penjelasan di atas berarti ada "keraguan" di dalam Al-Qur'an ?


Jika diperhatikan dengan seksama, ayat ini tidak secara explisit menyatakan hubungan "jika-maka" (if-then). Akan tetapi apabila dipaksakan untuk dilihat dari kacamata hubungan "jika-maka", disini urutan memegang peranan penting.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di postingan lain "Matahari dan Bulan Mengelilingi Bumi Menurut Al-Qur'an ? (klik disini untuk baca)" , di dalam Al-Qur'an urutan selalu memegang peranan penting, karena Allah Maha Teliti dan menghitung segala sesuatu.

Dengan memaksakan melihat dalam hubungan "jika-maka", dari Q.S 2:2 diperoleh :
"(Karena) Kitab ini tidak ada keraguan padanya (maka menjadi) petunjuk bagi mereka yang bertakwa"

Disini secara "self-reference" ada kata "keraguan" di QS 2:2, sehingga ada "keraguan" dlm Al-Qur'an. Akan tetapi perlu kita ingat bahwa "Jika A maka B" tidak menghasilkan kesimpulan atau nilai kebenaran yang sama dengan "jika bukan A maka bukan B" karena kedua pernyataan ini memiliki nilai kebenaran yang berbeda secara logika matematika, yang mana dapat dilihat dari tabel di atas.

"Jika A maka B (If A then B)" setara dengan "Jika bukan B maka bukan A (if not B then not A)", bukan serta tidak setara dengan "Jika bukan A maka bukan B (if not A then not B)"

Jadi, dari pernyataan "ternyata Al-Qur'an ada keraguan di dalamnya", kita tidak dapat mengambil kesimpulan "maka Al-Qur'an bukan petunjuk bagi orang-orang bertakwa" (if not A then not B), akan tetapi, pernyataan QS 2:2 setara dgn pernyataan " jika kitab itu menjadi petunjuk bagi orang-orang yg tidak bertakwa, maka kitab itu pasti ada keraguan di dalamnya" (if not B then not A), sehingga kekonsistenan Al-Qur'an pun terbukti tetap terjaga.

Hanya Al-Qur'an satu-satunya kitab suci yang konsisten dinilai dari kacamata logika matematika.
[77:28] ... dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.

Wallahu a'lam
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

sumber : http://www.e-bacaan.com/artikeli_godel.htm -- by Muhammed Asadi 1999, dan sumber lainnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...