Tuesday, April 24, 2012

Terjadinya Hujan dan Petir : Saat Al-Qur'an dan Ilmu Diadu

Alam, merupakan tanda-tanda terbesar mengenai keberadaan sang Pencipta. Kendati demikian,  fenomena-fenomena alam yang terjadi sering dianggap remeh bahkan seringkali di anggap mistis. Sebagai contohnya adalah hujan dan petir. Fenomena alam yang pertama sering dianggap remeh dan fenomena alam yang kedua sering dikaitkan dengan hal-hal mistis. Al-Qur'an sebagai kitab suci yang diturunkan 14 abad yang lalu, muncul di tengah-tengah masyarakat yang masih banyak mempercayai fenomena alam sebagai hal yang mistis. Padahal disatu sisi, kriteria kitab suci adalah tidak boleh bertentangan dengan ilmu. Dan kenyataannya, di dalam Al-Qur'an, menyebutkan mengenai hujan serta petir. Bagaimanakah Al-Qur'an dalam menguraikan terjadinya hujan dan petir tersebut? Akankah dalam hal ini sejalan dengan ilmu, ataukah mengikuti apa yang sebagian besar orang percayai di mana Al-Qur'an tersebut diturunkan? Manakah yang harus kita percaya, Al-Qur'an ataukah ilmu? Sekarang mari kita mulai dengan memperhatikan surah Al-Waaqi'ah (56) ayat 68 sampai 70 :
[56:68-70] Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?
Q.S 56:68-70 diatas mendeskripsikan tentang hujan, air yang diturunkan dari awan. Yang menarik perhatian adalah pernyataan Allah "Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin ....", yang tentu saja bukan hanya sekedar gertakan. Pernyataan tersebut secara tersirat mengindikasikan bahwa air tanah, yang kita minum, yang diturunkan oleh hujan, sebetulnya berasal dari sesuatu yang "asin", dan karena "desain" dari Allah lah maka "sesuatu yang asin" itu berubah menjadi tawar ketka diturunkan kembali ke bumi. Seperti yang kita ketahui sebelumnya, "sesuatu yang asin" itu adalah air laut, dan tentu saja, awan walaupun dapat juga terbentuk dari air tawar seperti danau, namun sebagian besar komponennya berasal dari penguapan air laut.

Sesuatu kenyataan yang 14 abad yang lalu tidak diketahui oleh manusia, akan tetapi telah dinyatakan oleh Allah di dalam Al-Qur'an.Hal yang menarik lainnya seputar hujan adalah Allah menggunakan istilah "Angin yang mengawinkan" di surah Al-Hijr ayat 22 :
[15:22] Dan Kami telah kirimkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan air dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.
Di berbagai terjemahan bahasa Indonesia di tuliskan "angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)", yang mana tentu saja yang berada di dalam kurung adalah tambahan dan interprestasi dari tim penterjemah Al-Qur'an tersebut dan akan diabaikan dalam postingan ini. Yang akan digunakan adalah terjemahan kata per kata dari surah Al-Hijr ayat 22 di atas. Yang perlu di perhatikan adalah setelah Allah meniupkan angin yang mengawinkan itu, maka hujan pun turun.

Proses pembentukan hujan menurut Q.S 15:22 diatas, sebagaimana yang telah diketahui oleh ilmu pengetahuan dimasa ini, dapat dijabarkan sebagai berikut :
  • Hujan terjadi ketika awan jenuh bertemu dengan partikel-partikel micro yang disebut cloud condensation nuclei, seperti debu, garam, atau partikel2 mikro lainnya sehingga menyebabkan awan berkondensasi kembali menjadi air sehingga turunlah hujan. 
  • Partikel-partikel mikro ini dibawa oleh angin atas sehingga bertemu dengan awan. Tanpa adanya angin, partikel-partikel ini tidak akan mampu mencapai ketinggian awan sehingga hujan tidak akan terjadi. 
  • Hal inilah yang disebut dengan "perkawinan" antara partikel-partikel mikro dengan uap air di awan, yang akan menghasilkan hujan, sehingga Allah menggunakan istilah "Awan untuk mengaawinkan" dalam kaitannya pembentukan hujan.
Proses "perkawinan" ini pula yang mendasari pembuatan hujan buatan, dimana dalam membuat hujan buatan, partikel-partikel mikro ini di sebar di ketinggian awan, untuk merangsang awan menurunkan hujan. Namun fakta yang baru diketahui 2-3 abad baru-baru ini, sudah dinyatakan 14 abad yang lalu di dalam Al-Quran.

Partikel-partikel mikro ini pula yang menyebabkan air hujan tidak semerta-merta turun langsung bagaikan air terjun dari atas awan. Bahkan tidak jarang ketika hujan berhenti, awan di atas langit masih terlihat tebal, dikarenakan sudah tidak ada lagi partikel-partikel mikro untuk mencairkan awan tersebut. Hal ini dinyatakan pula di dalam Al-Qur'an di dalam surah 43 (Az Zukhruf) ayat 11 :
[43:11] Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar ukuran lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).
Lebih lanjut lagi, Al-Qur'an juga menjelaskan mengenai proses pembentukan hujan es dan petir/kilat, hal-hal yang sama sekali tidak diketahui dan bahkan tidak disadari oleh orang-orang 14 abad yang lalu. Dijelaskan di dalam  Quran mengenai proses terbentuknya hujan dan petir sebagai berikut :
  • Awan-awan yang mengandung uap-uap air akan saling berkumpul sehingga bertindih-tindih, dan inilah yang menjadi awan hujan apabila telah "dikawinkan", sebagaimana yang telah di jelaskan di atas.
  • Apabila awan tersebut terus bertindih-tindih maka awan-awan tersebut  akan membentuk seperti sebuah gunung. Awan hujan mampu bertumpuk hingga mencapai 9000 sampai 12000 meter. Dengan ketebalan seperti ini, tidak memungkinkan cahaya matahari untuk menembusnya sehingga gumpalan awan tersebut akan terlihat gelap.
  • Awan yang menggunung ini di bagian atasnya akan mengandung butiran-butiran es karena bersuhu di bawah titik beku, yang apabila butiran-butiran es (hailstone) tersebut jatuh ke bagian yang lebih rendah dan bertabrakan dengan graupel (campuran es-air lunak) maka akan terjadi pemisahan muatan. 
  • Butiran-butiran es akan menjadi bermuatan positif, dan graupel akan menjadi bermuatan negarif. Karena groupel lebih ringan, sehingga akan terdorong ke atas oleh aliran udara dan butiran-butiran es akan jatuh ke bagian bawah awan, sehingga bagian bawah dari awan menjadi bermuatan negatif dan bagian atasnya bermuatan positif. 
  • Hasil dari pemindahan muatan ini menyebabkan awan akan memiliki beda potensial yang cukup untuk menimbulkan lompatan listrik yang dikenal sebagai petir. Hal ini menyebabkan petir hanya terjadi di awan yang berat atau awan yang mengandung butiran-butiran es.

Fakta bahwa hanya awan yang menggunung yang mengandung butiran-butiran es yang mampu menghasilkan petir, yang mana baru diketahui awal abad 18, telah disebutkan 14 abad yang lalu di dalam Al-Qur'an. Semua proses ini di ceritakan dengan bahasa yang sangat indah, yang tidak menimbulkan kebingungan bagi masyarakat 14 abad yang lalu, dan mampu dibuktikan kebenarannya oleh ilmu pengetahuan saat ini,  di dalam Q.S An-Nuur (24) ayat 43 sebagai berikut :
[24:43] Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan di antara nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya? Dan Dia turunkan dari langit gunung-gunung (awan) yang mengandung butiran-butiran es , maka ditimpakan-Nya itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya itu dari siapa yang dikehendaki-Nya. Hampir-hampir kilauan kilatnya menghilangkan penglihatan.
Kemudian di surah Ar-Rad (13) ayat 12, Allah menjelaskan bahkan awan pun memiliki massa atau berat, meskipun dari permukaan bumi, awan terlihat seperti gumpalan-gumpalan kapas yang halus. Faktanya, gumpalan awan seperti awan komulonimbus dapat mengandung air sampai dengan 300000 ton. Itulah sebabnya di surah An-Nuur ayat 43 Allah menggunakan istilah "gunung" yang mengacu kepada awan, karena selain karena tingginya yang berkilo-kilometer, juga memiliki massa yang berat.
[13:12] Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan mengadakan awan-awan yang berat (as-sahaaba ats-tsiqaala, di beberapa terjemahan bahasa indonesia ats-tsiqaala diterjemahkan sebagai mendung, arti yang sebenarnya adalah "berat")
Dan dengan "angin yang mengawinkan" itulah sehingga air yang dikandung oleh awan turun sedikit demi sedikit sebagai hujan, tidak sekaligus tumpah seluruhnya ke Bumi. Bayangkan jika 300000 ton air langsung jatuh bersamaan dari langit ke permukaan Bumi, maka bisa jadi akan menghancurkan semua yang ada di permukaan bumi. Hal ini sebagaimana yang dikatakan dalam surah Az-Zukhruf (surah 43) ayat 11 :
[43:11] Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar, lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan
Dimana fenomena-fenomena alam masih menjadi misteri bagi manusia dan bahkan dianggap mistis, Al-Qur'an telah memberikan penjelasan logis-nya kepada manusia sejak 14 abad yang lalu.

Wallahu a'lam
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

Narrated Abu Huraira:
I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet .
(Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

untuk melihat dan mencari ayat-ayat Quran dapat melalui http://www.quranplus.com/
panduan kata per kata dapat menggunakan http://corpus.quran.com/wordbyword.jsp
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...