Tuesday, December 25, 2012

Al-Qur'an dan Teori Evolusi

Ketika Charles  Darwin mengeluarkan bukunya yang berjudul "On the Origin of Species" pada tanggal 24 November 1859 yang menjelaskan mengenai keragaman makhluk hidup melalui apa yang dinamakan evolusi oleh seleksi alam, berkembanglah berbagai teori yang menyatakan bahwa semua makhluk hidup yang ada sekarang lahir karena adanya evolusi atau perubahan secara perlahan-lahan dari sisi anatomi dan morfologi akibat adanya seleksi alam.

Teori Premodial Soup atau sup purba menjadi salah satu teori yang populer untuk menjelaskan asal usul kehidupan di bumi, yang menyatakan dari sup purba di bumi awal melahirkan makhluk hidup ber sel satu pertama yang kemudian berevolusi menjadi berbagai macam makhluk hidup. Manusia sendiri dikatakan merupakan puncak evolusi dari kera, apalagi di masa sekarang diketahui adanya kemiripan DNA manusia dan kera, dengan perbedaan sekitar 5%-1%. Berbagai bukti dari hasil eskavasi pun telah dipaparkan sebagai hal yang mendukung teori evolusi ini.

Terkait dengan asal usul kehidupan, timbul pertanyaan mengenai bagaimana pandangan Islam mengenai teori evolusi ini ? Apa yang dikatakan Al-Qur'an mengenai teori evolusi ?

Umat muslim percaya dan mengimani bahwa dalam segala penciptaan, cukuplah bagi Allah mengatakan "Jadilah" maka jadilah ciptaan itu. Dalam hal ini, penciptaan spontan, dari sesuatu yang tidak ada, kemudian secara langsung menjadi ada dan sempurna, sama sekali bukanlah hal yang sulit bagi Allah.

[24:45] Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

[32:7] Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Mengenai penciptaan hewan dan tumbuhan, Al-Qur'an tidak menolak adanya proses evolusi dari ciptaan tersebut. Hanya saja proses evolusi yang dikatakan sebagai hasil seleksi alam itu dalam kontrol, kehendak dan ijin Allah, dengan kata lain selalu ada campur tangan Allah, evolusi yang terkendali dan terkontrol, bukan evolusi acak, akan tetapi evolusi yang menimbulkan varian atau diversifikasi anatomi dan morfologi, sebagaimana yang tercantum dalam surah Al-'Ankabuut ayat 19-20, surah Yunus ayat 34, dan surah Al-Waaqi'ah ayat 62-65 :
[29:19-20] Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulakan penciptaan, kemudian mengulanginya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah memulakan penciptaan, kemudian Allah menjadikan ciptaannya terakhir. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

[10:34] Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya kembali?" katakanlah: "Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?"

[56:62-65] Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran ? Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur; maka jadilah kamu heran tercengang.
Terlihat pada ayat-ayat di atas, perintah untuk berjalan di muka Bumi artinya Allah menyuruh kita memperhatikan ayat-ayat (tanda-tanda)Nya di bumi, dalam hal ini adalah diversifikasi atau keragaman makhluk hidup. Kalimat "Allah memulai penciptaan" menandakan konsep Kreasi atau penciptaan yang tiba-tiba, dari sesuatu yang tidak ada menjadi sesuatu yang ada, sedangkan kalimat "mengulanginya kembali" mengindikasikan konsep Evolusi atau perubahan secara bertahap ddan perlahan-lahan melalui proses.

Sebagai contoh, kuda, poni dan zebra mungkin memiliki nenek moyang yang sama, akan tetapi nenek moyangnya tetaplah berbentuk kuda (yang diciptakan secara tiba-tiba sesuai dengan konsep Kreasi) yang kemudian mengalami evolusi sehingga mengalami diversifikasi dan variansi. Begitu juga monyet, kera, simpanse, orang utan, mungkin memiliki nenek moyang yang sama, akan tetapi nenek moyangnya tetaplah kera yang kemudian mengalami proses evolusi menjadi berbagai jenis kera. Begitu juga manusia, di dalam Al-Qur'an semua ras manusia baik bule, negro, cina, melayu, aborigin, indian, india, arab, arya dan lain-lain memiliki nenek moyang yang sama yaitu nabi Adam a.s. Namun dengan ijin dan kontrol Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, kemudian manusia mengalami proses evolusi sehingga menjadi berbagai ras seperti saat ini. Itulah konsep evolusi dalam Al-Qur'an, ada yang memakan proses hanya ribuan-tahun, ada yang jutaan-tahun bahkan lebih, namun tidak menyebabkan terciptakan makhluk baru yang benar-benar berbeda dari sisi fisiologi maupun kemampuannya, sebagaimana Islam menolak keras bahwa nenek moyang manusia adalah monyet atau kera.

Jadi, proses evolusi dimana melalui seleksi alam dengan segala kebetulan-kebetulannya tidaklah melakukan penciptaan apapun. Setiap makhluk hidup awalnya diciptakan spontan secara sempurna kemudian mengalami evolusi. Proses ini menggunakan apa yang telah ada sebelumnya, memproses yang telah ada, menyilangkan gen-gennya, menyebabkan kerjadinya diversifikasi atau keaneka-ragaman makhluk hidup, akan tetapi tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak hidup atau yang tidak ada. Teori seleksi alam gagal menjelaskan bagaimana atau darimana kehidupan awal mulanya tercipta, dan tetap berpegang pada prinsip yang dinamakan kebetulan. Bagaimana makhluk hidup dapat menjadi hidup dari sesuatu yang mati? Mengapa sesuatu yang telah mati tidak dapat dihidupkan kembali (oleh manusia) walaupun telah di perbaiki dan diperbaharui semua organnya? Di dalam Islam, konsep seperti ini kembali lagi kepada apa yang dinamakan ruh, elemen dasar kehidupan, walaupun dikatakan pula di dalam Al-Qur'an bahwa sebagian besar pengetahuan tentang ruh itu tidak dibagikan oleh Allah kepada manusia.
[17:85] Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Untuk setiap makhluk hidup, Allah dapat menciptakannya secara spontan, dapat pula memvariasikan dan mendiversifikasikannya melalui sunnatullah-Nya, yaitu dengan penukaran informasi DNA/RNA secara alami sehingga menghasilkan makhluk hidup dengan struktur anatomi baru dan varian yang baru dan berbeda dari varian asalnya, sebagaimana telah dijabarkan sekilas dalam postingan "Sel dan Genetika Pada Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur'an (klik disini untuk baca)", yang mana semuanya dengan kehendak dan ijin Allah.

Demikian pula dengan manusia, banyaknya suku dan bangsa di antara umat manusia membuktikan adanya diversifikasi manusia, namun semuanya tentu saja dengan kehendak Allah, dan diversifikasi ini tidak menjadikan suatu kaum superior terhadap kaum lainnya,  karena di dalam Al-Qur'an dikatakan :
[49:13] Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Sekali lagi, asal usul manusia dari persfektif Islam jelaslah bukan berasal dari kera sebagaimana yang dikatakan oleh teori evolusi, walaupun di masa sekarang ditemukan bahwa adanya kemiripan DNA antara manusia dengan perbedaan 1%. Perlu di perhatikan bahwa DNA manusia pun memiliki kedekatakan dengan babi, namun tidak dikatakan bahwa manusia merupakan hasil evolusi dari babi. Perbedaan 5%-1% DNA dari sekian puluh milyar DNA yang ada didalam manusia, kera dan babi, cukup sebagai pembeda dan menjadikan manusia itu manusia, kera itu kera dan babi itu babi (silakan baca postingan "Antara Al-Qur'an, Manusia, Kera dan Babi (klik disini untuk baca)").

Khusus untuk penciptaan manusia, sebagaimana yang telah disebutkan di atas, manusia yang diciptakan pertama kali adalah nabi Adam a.s, melalui penciptaan spontan, tanpa ada pendahulunya, baik berupa manusia maupun bukan, sebagaimana yang dikatakan di dalam Al-Qur'an dalam surah Ali 'Imran ayat 59 :
[3:59] Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. 
Dalam ayat di atas ada sebagai bentuk penjelasan kaum Yahudi yang tidak mempercayai anak yang dilahirkan Maryam tanpa adanya laki-laki yang terlibat, sehingga mereka menuduh Maryam berzina. Allah membandingkan penciptaan Isa yang lahir tanpa bapak tidaklah lebih sulit daripada penciptaan Adam, yang dilahirkan tanpa ibu dan bapak,

Ya, Adam diciptakan secara spontan dari tanah, walaupun untuk keturunan selanjutnya diciptakan dari air (mani), sebagaimana jin yang diciptakan secara spontan dari api. Namun baik adam maupun jin diciptakan pertama kali sudah dalam wujudnya yang sempurna dan sebaik-baiknya, karena Allah menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, sebagaimana yang diceritakan dalam surah  Faathir ayat 11, As-Sajdah ayat 7-8, At Tiin ayat 4, dan Al-Hijr ayat 26-31 :
[35:11] Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan ...

[32:7-8] Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).

[95:4] sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

[15:26-31] Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud". Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama yang sujud itu.
Perhatikan disini bahwa pembentukan dan penyempurnaan manusia itu adalah sebelum peniupan roh. Para pendukung teori evolusi manusia, menyatakan bahwa manusia pada mulanya diciptakan tidak sempurna, dari makhluk yang lain, setelah itu baru disempurnakan bentuk anatomi dan morfologi tubuhnya melalui proses evolusi yang panjang. Hal ini tentu saja bertentangan dengan Al-Qur'an karena dengan jelas dikatakan bahwa manusia di sempurnakan terlebih dahulu kemudian di tiupkan roh ke dalamnya sehingga menjadi hidup.
[32:9] Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia (telah) menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

[38:72] Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya"
Dengan segala kemampuan dan kesempurnaan manusia, jika mengacu kepada teori evolusi manusia yang berpegang kepada prinsip kebetulan, maka kemungkinan yang ada dari setiap trilyunan trilyun bahkan lebih kebetulan acak selama 4.5 milyar tahun umur bumi, yang akan mengarah kepada terbentuknya makhluk dengan keadaan dan kemampuan seperti manusia, adalah mustahil, tidak mungkin dan tidak realistik. Pastilah ada campur tangan zat Yang Maha Kuasa di dalamnya, yang menciptakan makhluk dengan kapasitas manusia melalui penciptaan spontan dan langsung sempurna.


Manusia, berasal dari air atau tanah ?

Sebagian orang mempertanyakan isi surah Al-Furqaan ayat 54 yang menyatakan bahwa manusia berasal dari air. Hal ini bertentangan dengan ayat-aat lain yang menyatakan bahwa manusia berasal dari tanah liat. Jadi manakah yang benar, manusia berasal dari air ataukah dari tanah liat ? Apakah dalam hal ini Al-Qur'an saling bertentangan ? Ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut :
[25:54] Dan Dia yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah (faja'alahu nasaban wasih'ran) dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
Tidak diragukan lagi, sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa awal penciptaan manusia itu adalah dari tanah liat. Setelah itu, keturunannya di ciptakan dari air, yang dikatakan sebagai saripati air yang hina atau air mani.
[32:7-8] Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).
Jadi jelas bahwa Al-Furqaan ayat 54 di atas menceritakan kejadian manusia setelah adam, yaitu ketika manusia kemudian diciptakan dari setetes air mani, sebagaimana juga yang dikatakan di ayat yang lain, yaitu Yaasiin ayat 77, Al-Mursalaat ayat 20, dan Ath-Thaariq ayat 6. Lagipula dengan perumpamaan jika sebuah roti yang terbuat dari air, terigu dan gula,dan ada yang mengatakan "roti itu dari terigu" atau "roti itu dari air", maka kedua pernyataan itu tidaklah salah.
[36:77] Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air, maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata

[77:20] Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?,

[86:6] Dia diciptakan dari air yang terpancar
Yang menarik dari surah Al-Furqaan ayat 54 di atas adalah pernyataan selanjutnya setelah mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari air, yaitu faja'alahu nasaban wasih'ran atau arti kata per katanya adalah "dan telah dijadikan baginya nasab dan sih'ran". Nasab berarti hubungan darah, sih'ran artinya hubungan pernikahan. Ayat ini memberitahukan bahwa dengan adanya penciptaan manusia dengan air ini, Allah memungkinkan manusia menelusuri kembali nasab dan sih'ran nya. Sebagaimana yang kita ketahui, baik spema maupun sel telur yang dua-duanya berada dalam cairan, membawa informasi yang dinamakan DNA. Informasi DNA inilah yang nantinya akan di kombinasikan, diturunkan dan membentuk sifat-sifat fisik dan mental calon manusia yang akan lahirkan. Dengan DNA ini pula manusia, dibantu dengan teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada, dapat menelusuri kembali mengenai leluhur atau nenek moyangnya.

Ya, dengan penciptaan manusia yang berasal dari air inilah, yang mana dikarenakan air ini membawa pasangan DNA yang berisi informasi genetis seseorang, Allah menjadikan manusia mampu mengetahui nasab dan sih'ran dari leluhurnya (lebih lanjut tentang DNA dalam Al-Qur'an ini silakan baca postingan "Sel dan Genetika Pada Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur'an (klik disini untuk baca)" dan "Benarkah Pernyataan Al-Qur'an Bahwa Semuanya Diciptakan Berpasangan ? (klik disini untuk baca)") .

Penciptaan manusia dari tanah liat (bukan hanya tanah, tetapi tanah liat/clay) sebagai bahan dasar pembentuknya ini sendiri secara ilmu pengetahuan sangat memungkinkan. Hal ini ditunjukkan dalam laporan hasil eksperimen yang dapat dilihat di http://www.newscientist.com/article/dn4307-clays-matchmaking-could-have-sparked-life.html, yang kutipannya sebagai berikut :
Two of the crucial components for the origin of life - genetic material and cell membranes - could have been introduced to one another by a lump of clay, new experiments have shown.

The study of montmorillonite clay, by Martin Hanczyc, Shelly Fujikawa and Jack Szostak at the Massachusetts General Hospital in Boston, revealed it can sharply accelerate the formation of membranous fluid-filled sacs.

These vesicles also grow and undergo a simple form of division, giving them the properties of primitive cells. Previous work has shown that the same simple mineral can help assemble the genetic material RNA from simpler chemicals. "Interestingly, the clay also gets internalised in the vesicles," says Leslie Orgel, an origin of life expert at the Salk Institute for Biological Sciences in San Diego, California. "So this work is quite nice in that it finds a connection between the mechanism that creates RNA and encloses it in a membrane."


Wallahu a'lam

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

Dari berbagai sumber
Narrated Abu Huraira:
I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet .
(Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

untuk melihat dan mencari ayat-ayat Quran dapat melalui http://www.quranplus.com/
panduan kata per kata dapat menggunakan http://corpus.quran.com/wordbyword.jsp
Arabic-English Lane's Lexicon : http://www.tyndalearchive.com/tabs/lane/



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...