Sunday, December 30, 2012

Al-Hajj 5 : Tanah Yang Bergetar dan Menelan

Allah melalui Al-Qur'an seringkali mengambil perumpamaan mengenai kebangkitan dengan menceritakan bagaimana bumi dibangkitkan setelah matinya, yaitu bagaimana bumi yang kering menjadi subur kembali setelah Allah menurunkan hujan atasnya. Salah satu ayat yang menjabarkan hal tersebut adalah akhir surah Al-Hajj (22) ayat 5, yang terjemahannya adalah sebagai berikut :
[Q.S 22:5] ... Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Akhir surah Al-Hajj ayat 5 di atas, memiliki terjemahan kata per kata nya adalah "dan kamu lihat bumi kering, kemudian ketika Kami menurunkan air ke atasnya, dia bergetar (ih'tazzat), dan menelannya (warabat), dan menumbuhkan (wa-anbatat) dari setiap pasangan yang indah (kulli jawzin bahiijin)". Terlihat bahwa melalui ayat ini Allah mencoba menjelaskan tahapan yang terjadi ketika Allah menurunkan air ke bumi dalam bentuk hujan dengan mengambil pemisalan pada bumi yang kering atau tandus.
Tahapan tersebut adalah :
  1. huzzi/tahtazzu/ih'tazzat atau dia (bumi itu) bergetar
  2. rabat atau dia (bumi itu) menelan
  3. anbatat atau dia (bumi itu) menumbuhkan  
Pada tahapan pertama, air hujan turun dari ketinggian yang memungkinnya memiliki kecepatan terminal 9 m/s (32.4 km/jam) sampai 13 m/s (46.8 km/jam). Dengan kecepatan ini, ditambah dengan fakta bahwa molekul air hujan yang bersifat cair atau liquid, ketika menyentuh tanah, molekul-molekulnya akan membombardir molekul tanah dengan acak dan momentum gaya yang cukup kuat. Hal ini menyebabkan molekul-molekul tanah menjadi bergerak dan bergetar. Fenomena ini secara teori dinamakan sebagai brownian motion, yaitu pergerakan molekul atau partikel secara acak akibat benturan atau bombardir oleh atom atau molekul air atau gas yang bergerak cepat. Dinamakan brownian motion karena teori ini dikemukakan oleh seorang ahli biologi Robert Brown pada tahun 1827. Dalam hal air hujan yang menghantam tanah (rainsplash), perhitungan brownian motion ini biasanya menjadi bagian dari pembahasan proses adveksi-dispersi (advection-dispersion process) yang terjadi antara air hujan dan tanah.

Getaran tanah sebagai fenomena brownian motion ini bukanlah sesuatu yang dapat ditangkap atau dirasakan oleh indera manusia. Tidak seperti gempa dimana manusia mampu merasakan getaran tanah. Pergerakan acak molekul tanah akibat tumbukan keras dari molekul-molekul air ini sangat halus untuk dapat ditangkap oleh indera. Namunpun demikian, sesuatu yang baru dapat diungkapkan sekitar dua abad yang lalu oleh ilmu pengetahuan, Al-Qur'an telah menggambarkannya dengan istilah huzzi (bergetar) atau ih'tazzat (dia bergetar). Di surah Fushshilat (41) ayat 39 pun menyatakan hal yang senada :
[41:39] Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak (ih'tazzat) dan subur (rabat/menelan). Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Pada tahapan kedua, bumi menelan air hujan. Tanah terbentuk dari partikel-partikel tanah yang memiliki celah atau ruang di antara partikel-partikel tersebut. Partikel-partikel air yang bergerak bebas dan juga ion-ion dan nutrisi yang larut dengannya akan masuk ke sela-sela partikel tanah ini sehingga terlihat seperti air pun "ditelan" oleh tanah. Kadar kemampuan tanah untuk "menelan" air ini tergantung dari besar kecilnya partikel tanah itu sendiri. Semakin kecil partikel pembentuk tanah, semakin besar energi yang dibutuhkan air untuk mampu "ditelan" atau melewati celah diantara partikel tanah tersebut. Tanah berpasir (sandy soil) adalah tipe tanah yang paling menyerap air dan tanah liat (clay) adalah tipe karakteristik tanah yang paling sukar untuk menyerap air.

Karakteristik celah atau ruang di antara partikel tanah menentukan kualitas dari tanah tersebut. Sebagai contoh, tanah yang bagus memiliki celah yang sempit tetapi banyak, jika dibandingkan tanah yang kasar. Air, dan juga udara, dapat di simpan dengan lebih baik di celah yang kecil dibandingkan dengan celah yang besar. Kemampuan pergerakan air dan juga udara ketika masuk ke dalam tanah dna melewati celah-celah partikel tanah mempengaruhi kadar udara di zona akar (root-zone), kelembapan, dan juga nutrisi yang terdifusi dan tersedia untuk keperluan makanan tumbuhan. Tanah yang mampu menahan lebih banyak air di sela-sela partikelnya (bukan di atas permukaan tanah-nya) cenderung lebih subur.

Di dalam bahasa Al-Qur'an, terkait dengan penyerapan air, dikatakan dengan rabat atau menelan, karena karakteristik tanah memang diciptakan sedemikian rupa oleh Pencipta-nya sehingga mampu menelan air dan mampu "bernafas" menelan udara. Hal ini akan menyebabkan terjadinya tahapan ketiga yaitu anbata atau menumbuhkan. Lebih jauh dikatakan bahwa yang ditumbuhkan adalah "segala pasangan yang indah" - kullu jawzin bahiijin. Pasangan di sini mengacu kepada tumbuh-tumbuhan, sebagaimana di jelaskan di ayat yang lain, seperti surah Az Zumar (39) ayat 21 :
[39:21] Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
Dikatakan sebagai pasangan, karena Allah mengindikasikan bahwa terdapat genderisasi pada tumbuhan, walaupun tumbuhan tersebut termasuk jenis yang hemaphrodite dan walaupun tumbuhan tersebut dapat dikembangbiakkan secara aseksual. Lebih lanjut mengenai genderisasi pada tumbuhan menurut Al-Qur'an ini telah dibahas dalam postingan "Benarkah Pernyataan Al-Qur'an Bahwa Semuanya Diciptakan Berpasangan ? (klik disini untuk baca)"

Demikianlah Allah menerangkan 3 proses atau tahapan "pembangkitan bumi sesudah matinya (baca: kekeringan)" dengan gayabahasa yang tetap dapat diterima di masa ketika Al-Qur'an diturunkan dan tidak bertentangan dengan fakta yang dapatkan oleh ilmu pengetahuan di masa sekarang.


Mata air di dalam bumi menurut Al-Qur'an

Pembahasan dalam postingan ini ditutup dengan melihat awal surah Az-Zumar ayat 21 di atas yang berbunyi :
[39:21] Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi ...
Ayat di atas memiliki terjemahan kata per kata sebagai berikut : "Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan dari langit (itu) air dan Dia memasukkan serta mengalirkan itu sehingga menjadi mata air di (dalam) bumi (fasalakahu yanaabii'a fi l-ardhi)"

Fasalakahu berasal dari kata salaka yang berarti memasukkan dan juga dapat berarti mengalirkan. Jika hanya "mengalirkan", Al-Qur'an menggunakan kata jaray atau tajri yang digunakan tidak kurang dari 57 kali di dalam Al-Qur'an.  Penggunaan kata salaka sebagai pengganti dari jaray sebagai arti "mengalirkan" hanya di pakai sekali yaitu di surah Az-Zumar ayat 21 ini. Salaka di sebelas tempat lainnya di dalam Al-Qur'an banyak digunakan dengan arti "memasukkan" atau "mengikuti". Dan menurut Arabic-Englis Lane's Lexicon halaman 1411 tentang salaka ini pun di katakan penggunaan kata salaka dapat berarti memasukkan (insert) dan melewati/mengalir (go or pass through).


Fii dilain pihak secara umum berarti "di" akan tetapi biasanya digunakan dengan arti "di dalam", contohnya dalam surah An-Nuur ayat 35 : Allahu nuuru ‘l-samaawaati wa ‘l-‘ardh mathalu nuurihi ka mishkaatin fiihaa  mishbah al-mishbaahu fi zujajah…(اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ) yang artinya "Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca ..."

Jika mengacu kepada permukaan bumi, Al-Qur'an juga menggunakan kata "'alayha" atau "diatasnya" sebagaimana yang digunakan di surah  Al Hajj ayat 5 atau Fushshilat ayat 39 di atas. Jadi melalui permulaan ayat Az-Zumar ayat 21 di atas Allah ingin memberitahukan melalui Al-Qur'an bahwa Allah mengatur untuk mengadakan sumber-sumber mata air tidak hanya di permukaan bumi (seperti sungai dan danau), akan tetapi juga "di dalam" bumi, yang ditunjukkan dengan penggunaan kata fii, dan sumber-sumber mata air itu pun mengalir, yang ditunjukkan dengan penggunaan kata salaka yang berarti masuk dan mengalir.

Ya, Al-Qur'an telah menjelaskan 14 abad yang lalu bahwa air mengalir masuk melalui celah-celah partikel tanah dan membentuk sumber-sumber mata air di bawah tanah, yang kemudian di gunakan sebagai sarana bagi pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dan juga makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Jumlah air di dalam tanah, baik yang menjadi sumber mata air yang dapat digunakan manusia saat ini ini, maupun yang berada di lapisan zona transisi, bahkan diperkirakan 5 kali dari air yang ada di permukaan sebagaimana yang telah dibahas di dalam postingan "Ath-Thuur 6 : Demi Laut Yang Memiliki Aliran Api (klik disini untuk baca)".

Fakta bahwa sumber mata air bawah tanah berasal  dari air hujan baru dinyatakan sebagai pernyataan ilmiah sekitar abad 16, salah satunya adalah yang dinyatakan Bernard Palissy dalam bukunya Discours admirables, de la nature des eaux et fontaines, tant naturelles qu'artificielles, des metaux, des sels et salines, des pierres, des terres, du feu et des maux (Paris, 1580) . Sedangkan Al-Quran, 14 abad yang lalu, dengan Az-Zumar ayat 21 di atas beserta beberapa ayat lain sebagaimana yang telah dibahas di dalam postingan "Terjadinya Hujan dan Petir : Saat Al-Qur'an dan Ilmu Diadu (klik disini untuk baca)" telah merumuskan aliran air (water cycle), yaitu dari hasil penguapan air laut yang menjadi awan, dengan proses "pengawinan" dengan partikel debu mengalami kondensasi yang pada akhirnya menjadi hujan yang jatuh ke bumi, baik permukaan maupun bawah tanah menjadi sumber-sumber mata air.




Wallahu a'lam

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

Dari berbagai sumber
Narrated Abu Huraira:
I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet .
(Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

untuk melihat dan mencari ayat-ayat Quran dapat melalui http://www.quranplus.com/
panduan kata per kata dapat menggunakan http://corpus.quran.com/wordbyword.jsp
Arabic-English Lane's Lexicon : http://www.tyndalearchive.com/tabs/lane/


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...