Sunday, January 6, 2013

Haman dan Menara Yang Mencapai Langit

Melanjutkan postingan "Fir'aun dan Pengakuan Sebagai Tuhan (klik disini untuk baca)",  di dalam postingan kali ini akan membahas mengenai Haman, sang wakil dari Fir'aun, yang namanya di sebutkan 6 kali di dalam Al-Qur'an. Sebagaimana yang telah disebutkan di awal postingan "Fir'aun dan Pengakuan Sebagai Tuhan (klik disini untuk baca)", bahwa terdapat beberapa informasi mengenai Fir'aun di zaman Musa yang diinformasikan oleh Al-Qur'an yang tidak terdapat di kitab-kitab sebelumnya (Tanakh atau Perjanjian Lama). Informasi tersebut adalah :
  • Fir'aun menganggap dirinya sebagai tuhan
  • Fir'aun memiliki orang kepercayaan yang bernama atau dijuluki Haman 
  • Kisah tentang keinginan fir'aun membangun menara untuk melihat Tuhan
Jika poin yang pertama telah dicoba untuk dikupas pada postingan sebelumnya, maka kali ini akan dicoba dibahas mengenai siapakah Haman, orang kepercayaan Fir'aun ? Bagaimana dengan informasi di dalam Al-Qur'an yang menyatakan keinginan Fir'aun untuk melihat Tuhan Musa dan kaitannya dengan Haman ?

Haman sendiri di dalam Al-Qur'an disebutkan sebagai orang yang bersalah dan menentang, yang dinyatakan di dalam ayat-ayat berikut :
[28:6] dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Firaun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu
[28:8] Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.
[28:38] Dan berkata Firaun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta".
[29:39] Dan (juga) Karun, Firaun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).
[40:24] kepada Firaun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: " (Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta".
[40:36] Dan berkatalah Firaun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu

Adakah Haman pada zaman Musa ?

Informasi Al-Qur'an yang menyebutkan Haman yang sezaman dengan Fir'aun dan Musa memperoleh kritikan dari beberapa kalangan ahli kitab. Kalangan yang mengkritik ini menyatakan bahwa nabi Muhammad SAW melakukan pencontekan terhadap Alkitab dan dalam pencontekan itu nabi "salah" mencontek. Hal ini di dasari atas :
  1. Alkitab tidak menceritakan adanya Haman pada zaman Fir'aun dan Musa
  2. Alkitab menceritakan di dalam kitab Ester seorang perdana menteri raja Persia Ahasuerus bernama Haman, yang menindas kaum Yahudi di Persia dan berniat membinasakan seluruh kaum Yahudi di sana.
Berdasarkan fakta di atas dikatakan bahwa Haman di dalam Al-Qur'an adalah hasil "salah contek" dari Haman di dalam Alkitab. Mengenai hal ini harap di perhatikan bahwa walaupun Haman dalam Fir'aun dan Haman dalam kitab Ester sama-sama merupakan wakil atau orang kepercayaan Raja, namun setting atau kisah keduanya benar-benar berbeda. Fir'aun, beserta Haman, menindas kaum Yahudi di Mesir menurut Al-Qur'an, sedangkan menurut Alkitab, Ahasuerus sebagai raja Persia tidak menindas kaum Yahudi, akan tetapi Haman sang wakilnya lah yang sangat membenci dan menindas kaum Yahudi di Persia.

Informasi yang tidak ada di dalam Alkitab tetapi ada di dalam Al-Qur'an tentu saja tidak dapat kemudian dijadikan kesimpulan bahwa Al-Qur'an itu salah. Baik Alkitab maupun Al-Qur'an, masing-masing memiliki umat yang percaya akan kebenaran masing-masing kitab tersebut. Dalam membuktikan kebenaran suatu kitab suci, tidak dapat dengan cara membandingkan dengan kitab suci yang lain, karena kitab suci yang lain biasanya tidak dipercaya kebenarannya oleh pemegang kitab suci yang ingin dibandingkan tersebut. Dalam membuktikan kebenaran Al-Qur'an misalnya, tidak dapat dengan cara membandingkan dengan Alkitab, karena umat Muslim tidak percaya dengan apa yang disampaikan Alkitab, demikian pula sebaliknya.

Dalam membuktikan kebenaran informasi yang disampaikan kitab suci dapat dilakukan dengan membandingkan informasi yang ada di dalam kitab suci tersebut (self-reference) apakah ada pertentangan atau tidak, atau dengan membandingan terhadap apa yang telah ditemukan oleh sains ilmu pengetahuan ataupun bukti-bukti sejarah yang ada, jika kaitannya mengenai sejarah. Dan itulah yang akan dilakukan dalam membahas mengenai Haman di dalam postingan ini.

Dari informasi yang diberikan oleh Al-Qur'an mengenai Haman yang tertuang di dalam 6 ayat yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
  • Haman adalah seseorang yang memiliki kedudukan cukup tinggi di zaman Fir'aun dan Musa, karena namanya disandingkan dengan Fir'aun berulang kali di dalam Al-Qur'an sebagai orang-orang yang bersalah, dan mampu berada di dalam satu ruang dengan Fir'aun. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qashash (28) ayat 38, Haman adalah salah satu dari para Kepala atau Ketua divisi di zaman Fir'aun.
[28:38] Dan berkata Firaun: "Hai para Ketua (al-mala-u), aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta".
  • Haman juga adalah seseorang yang mengurusi tugas yang terkait dengan pembangunan, dalam hal posisinya sebagai kepala dan orang yang dekat dengan Fir'aun, maka kemungkinan Haman adalah ketua dari divisi pekerjaan pembangunan (chief of work) atau ketua dari arsitek. Informasi yang menyatakan bahwa Fir'aun menyuruh Haman untuk membangun bangunan yang tinggi untuk Fir'aun, mengindikasikan kewenangan Haman di bidang pembangunan, dan sering diberikan kepercayaan oleh Fir'aun untuk mengurusi dan mengawasi pembangunan-pembangunan. Apalagi di saat itu, selain Haman, berkumpul pula al-mala-u atau ketua-ketua yang lain, yang kemungkinan masing-masing ketua memegang fungsinya masing-masing.
  • Haman kemungkinan besar adalah julukan atau nama posisi/jabatan, sebagaimana Fir'aun adalah julukan bagi raja Mesir pada saat itu. Kecil kemungkinannya Fir'aun memanggil Haman sebagai nama di dalam forum resmi ketika Musa dan Harun datang menghadap dia. Di dalam forum resmi, dimana Fir'aun ingin menunjukkan kebesarannya, kemungkinan besar Fir'aun akan memanggil seseorang dengan nama jabatannya, bukan dengan nama.
  • Haman adalah salah satu Kepala atau ketua divisi pada zaman Fir'aun yang hadir saat Musa dan Harun datang menghadap Fir'aun, dan berdasarkan surah Al-'Ankabuut (29) ayat 39 di atas, meninggal sebagai orang-orang yang bersalah antara setelah kedatangan Musa dan Harun menghadap Fir'aun sampai dengan tenggelamnya Fir'aun di laut ketika mengejar Musa dan bangsa Israel keluar dari Mesir
Haman atau HMN, dalam bahasa arab, dapat merupakan transliterasi dari bahasa Mesir kuno hm-ntr (hemanetjere) maupun dari kata Amun (atau 'IMN dalam hieroglyph Mesir), karena berakar dari hal yang sama, apalagi mengingat bahwa tidak ada vokal "e" dalam bahasa Arab. Ini sama seperti fir'aun yang dalam hieroglyph adalah pr-3 atau per-aa, dalam bahasa ibrani menjadi פרעה atau par-oh, dalam bahasa inggris menjadi pharaoh, dan dalam bahasa arab adalah فرعون atau fir'awn. Contoh dari kasus yang lain adalah bagaimana אִיּוֹב atau Iyyobh dalam bahasa Ibrani, sama dengan أيوب atau Ayyub dan juga sama dengan Job dalam bahasa Inggris. Di dalam "kedewaan" orang-orang Mesir memang ada dewa yang bernama Hemen (HMN) atau dewa elang, akan tetapi kecil kemungkinannya Hemen ataupun para pengurusnya yang dimaksud Haman di dalam Al-Qur'an, mengingat Hemen tidak pernah menjadi dewa utama di Mesir terutama di masa kerajaan baru (new kingdom period), sehingga sulit mengambil kesimpulan bahwa Haman yang berasal dari Hemen menjadi orang kepercayaan fir'aun pada masa itu, apalagi tidak ada inkripsi yang menyatakan pendeta-pendeta dan juga jabatan-jabatan yang terkait dengan Hemen terkait dengan pembangunan, dan juga mengingan bagaimana pr-3 atau per-aa dituliskan sebagai fir'awn dalam bahasa Arab.

Berdasarkan apa yang dibahas dalam postingan "Fir'aun dan Pengakuan Sebagai Tuhan (klik disini untuk baca)" bahwa fir'aun yang memenuhi keterangan apa yang disampaikan oleh Al-Qur'an dengan berdasarkan pada peninggalan sejarah adalah Rameses II. Di awal masa pemerintahan Rameses II dan juga pendahulunya, Seti I, bangsa Mesir menyembah Amun-Ra, gabungan dari dewa angin Amun dan dewa matahari Ra. Amun sendiri menjadi dewa utama atau dewa kerajaan di Mesir terutama sekitar Thebes (ibukota Mesir sebelum dipindahkan oleh Rameses II ke Pi-Rameses) dan delta sungai Nil saat itu. Bahkan nama lahir (nomen) dari Rameses II adalah "Rameses meryamun" yang artinya "Ra yang melahirkan, sesuai kehendak Amun".

K. A. Kitchen di dalam bukunya "Pharaoh Triumphant: The Life And Times Of Ramesses II, King Of Egypt" terbitan 1982 oleh penerbit Aris & Phillips Ltd.: Warminster (England), halaman 159, menyatakan : "The great gods of the state stood at the head of Egypt and of the pantheon, as patrons of Pharaoh. Most renowned was Amun, god of the air and of the hidden powers of generation (fertility and virility), home in Thebes. As god of Empire, he was giver of victory to the warrior pharaohs... To him [i.e., Amun] belonged all the greatest temples of Thebes".

Amun, memiliki transliterasi dari hieroglyph adalah 'IMN, sebagaimana yang dikatakan oleh J. P. Allen dalam bukunya "Middle Egyptian - An Introduction To The Language And Culture Of Hieroglyphs", terbitan 2010 (Revised Second Edition) terbitan Cambridge University Press: Cambridge (UK), ketika membahas mengenai nomen Rameses II "Rameses meryamun". Nomen ini memiliki transliterasi hieroglyph nya adalah r?-ms-sw mr-’imn(w) atau dalam transliterasi kontemporer dituliskan ri'amasisa mayamana yang di ucapkan sebagai ree-'ah-mah-SEE-sah migh-ah-MAH-nah. Jadi, hieroglyph 'IMN dibaca sebagai Aman (Ah-Mah-Nah) atau Amun.

Adalah biasa dijaman fir'aun terutama di masa kerajaan baru Mesir (new kingdom period), bahwa nama jabatan akan membawa pula nama dewa atau tuhan yang dilayaninya. Di dalam Lexikon Der Ägyptischen Götter Und Götterbezeichnungen, ketika membicarakan tentang dewa 'IMN ini, memberikan penjelasan sebagaimana yang dijelaskan dalam capturan berikut :

Jadi salah satu kandidat Haman adalah salah satu nama jabatan yang terkait dengan Amun atau Amana, salah satu dewa utama dimesir yang dapat ditransliterasikan kedalam bahasa Arab menjadi Haman, sebagaimana contoh par-oh dalam bahasa ibrani menjadi fir'awn dalam bahasa Arab yang telah di terangkan di atas. Alternatif lain kandidat dari siapakah Haman di dalam Al-Qur'an, dapat di lihat dari struktur kependetaan dewa Amun (Amana / 'IMN) itu sendiri, yang mana dalam nama jabatannya mengandung kata Haman, yaitu hemanetjere.

Terkait dengan struktur kependetaan Amun, Dodson dan Hilton dalam bukunya "The Complete Royal Families of Ancient Egypt" menyatakan  bahwa terdapat empat peringkat pendeta tinggi dalam kependetaan Amun yaitu :
  • The high priest of Amun at Karnak (hm-ntr-tpy-n-'imn), atau dapat pula disebut the first prophet of Amun.
  • The second priest of Amun at Karnak (hm-ntr-sn-n-n-'imn), atau dapat pula disebut the second prophet of Amun.
  • The third priest of Amun at Karnak (hm-ntr-khmt-n-n-'imn), atau dapat pula disebut the third prophet of Amun.
  • The fourth priest of Amun at Karnak (hm-ntr-fd-n-n-'imn), atau dapat pula disebut the fourth prophet of Amun.
Yang menarik adalah penggunaan kata hieroglyph yang di transliterasikan menjadi hm-ntr. hm-ntr secara literal berarti abdi tuhan, hm = abdi, ntr=tuhan, dan biasanya digunakan sebagai gelar bagi pendeta (priest). hm-ntr dapat di ucapkan sebagai hemanetjere. Tidak menutup kemungkinan Haman yang disebutkan di dalam Al-Qur'an adalah sang hm-ntr atau pendeta. Mengacu dengan kata al-malaa-u atau "para Kepala" dalam surah Al-Qashaash (28) ayat 38 di atas, maka Haman yang dimaksud bisa jadi "hm-ntr dengan pangkat sebagai Kepala", atau hm-ntr-tpy (the high priest).

Di sebutkan pula oleh Kitchen di dalam bukunya "Rammeside Inscriptions, Translated & Annotated, Translations, Volume III" yang diterbitkan oleh Blackwell Publishers (1996) bahwa pada zaman Rameses II, beberapa pendeta tinggi Amun (The high priest of Amun) diangkat menjadi wakil (vizier) fir'aun atau orang kepercayaan fir'aun. Dari data-data tersebut, besar kemungkinannya bahwa Haman yang dimaksud oleh Al-Qur'an adalah hm-ntr-tpy-n-'imn atau sang pendeta tinggi Amun (the high priest of Amun).

Bagaimanapun, inkrispsi-inkripsi yang ada dan ditemukan saat ini menyatakan bahwa penamaan Haman atau HMN (dalam bahasa Arab), sudah di kenal di Mesir, baik sebagai HMN atau Hemen, 'IMN atau Amun / Amana, ataupun hm-ntr atau hemanetjere (pendeta), sehingga ketika Al-Qur'an menyebutkan adanya Haman di jaman Fir'aun dan Musa tidaklah salah dan Haman disini berbeda sama sekali dengan Haman yang disebutkan di dalam kitab Ester di dalam Tanakh atau Alkitab Perjanjian Lama.


Siapakah Haman pada masa Musa ?

Setelah mencoba dibahas mengenai "adakah Haman pada masa Musa?", pertanyaan selanjutnya, jika ternyata memang ada Haman, siapakah Haman yang di maksud ? Di atas telah di jelaskan kemungkinan besar Haman yang dimaksud adalah hm-ntr-tpy-n-'imn atau sang pendeta tinggi Amun, karena menurut K.A.Kitchen di dalam bukunya "Rammeside Inscriptions, Translated & Annotated, Translations, Volume III" menyatakan bahwa beberapa pendeta tinggi yang menjabat di zaman Rameses II diangkat pula sebagai wakil (vizier) dimana wakil ini adalah orang kepercayaan fir'awn.

Poin keempat kesimpulan tentang Haman berdasarkan Al-Qur'an yang di sebutkan di atas memegang peranan penting mengenai siapakah Haman pada masa Fir'aun dan Musa. Haman yang menjadi kepercayaan Fir'aun hadir ketika Musa dan Harun datang untuk menghadap Fir'aun pertama kali. Jika di dalam postingan "Fir'aun dan Pengakuan Sebagai Tuhan (klik disini untuk baca)" telah dibahas bagaimana waktu minimal 53 tahun menjabat sebagai Fir'aun menjadikan Rameses II sebagai Fir'aun di masa Musa. Pada kenyataannya Rameses II menjabat sebagai Fir'aun selama 66 tahun dan diangkat sebagai Fir'aun pada umur sekitar 24-26 tahun. Jadi dengan mengambil waktu minimal 53 tahun sejak Musa lahir, Rameses II paling tidak telah menjabat sebagai Fir'aun sebelum itu sekitar 13 tahun dan berumur 37-39 tahun.

Namun sebagaimana yang telah dibahas dalam postingan sebelumnya, surah Al-A'raaf ayat 130 menyebutkan tentang tahun-tahun (jamak) - bissiniina wa naqshin mina tsamarat (dengan tahun-tahun (kelaparan -jamak) dan kekurangan buah-buahan). Jika dalam perhitungan minimal, "tahun-tahun" dianggap dua, maka berdasarkan data yang ada pada riwayat Rameses II, "tahun-tahun" dapat di artikan dua tahun kelaparan, yang menyisakan 13 tahun sebagai Fir'aun sebelum kelahiran Musa, sampai dengan empat belas tahun kelaparan, yang menyisakan 1 tahun sebagai Fir'aun sebelum kelahiran Musa. Rentang waktu 2-14 tahun masa kelaparan semuanya termasuk ke dalam kateggori as-siniin (tahun-tahun), yang menyebabkan perkiraan tahun ketika Musa lahir dan ditemukan oleh istri Fir'aun berdasarkan data ini ditambah dengan data historikal adalah sekitar 1278 BCE -  1266 BCE, dan Musa serta Harun datang menghadap Fir'aun sekitar 1228 - 1216 BCE.

Selanjutnya Al-Qashash ayat 7-8 mengindikasikan bahwa sang Haman sudah ada ketika Musa lahir, dan sebagaimana Fir'aun, Haman yang ada ketika Musa lahir adalah Haman yang sama ketika Musa dan Harun datang dari Madyan untuk menghadap Fir'aun.
[28:7-8] Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.
Ayat diatas mengindikasikan paling tidak, sang Haman ketika Musa lahir telah memperoleh gelar hm-ntr, atau masuk ke dalam jajaran kenabian sang dewa (the prophet of Egypt gods), dalam hal ini telah menjadi dalam jajaran nabi Amun. Dan menurut Poin keempat kesimpulan tentang Haman berdasarkan Al-Qur'an yang di sebutkan di atas juga dikatakan bahwa Haman, sebagaimana Fir'aun dan Qarun, meninggal di antara rentang waktu ketika Muda dan Harun menghadap Fir'aun pertama kali sampai keluarnya Musa dan bangsa Israel dari Mesir.

Dengan demikian, hm-ntr yang memenuhi kriteria di atas adalah Bakenkhonsu, Pendeta Tinggi Amun pada zaman Rameses II. Bakenkhons lahir pada tahun 1310 BCE dan diperkirakan meninggal pada umur 90 tahun (~ 1220 BCE) yang kemudian digantikan oleh saudaranya Roma-Roi. Bakenkhons pada masa jabatannya sebagai pendeta Amun dipercayakan oleh Fir'aun sebagai Kepala pengawas pembangunan monumen-monumen besar, antara lain adalah kuil Timur di dalam kompleks kuil Karnak. Bakenkhonsu meninggalkan autobiografi dalam inkripsi yang terukir pada patung-patung yang ada di kompleks kuil Karnak, yang saat ini berada di musium di Munich. K.A.Kitchen di dalam bukunya "Rammeside Inscriptions, Translated & Annotated, Translations, Volume III" pada halaman 214 menterjemahkan salah satu bagian dari inkripsi itu sebagai berikut :
"I performed benefactions in the Estate of Amun while I was Chief of Works for my lord. I made for him the Temple of Ramesses II-who-hears-Prayer, at the Upper Portal of the Temple of Amun. I erected obelisks in it, of granite stone, whose beauty reached (up) to the sky, with a stone portico(?) before it, opposite Thebes, and basin land and orchards planted with trees."
Sedangkan untuk inkripsi yang sama E. Frood dalam bukunya "Biographical Texts From Ramessid Egypt" (2007) halaman 41-21 menterjemahkan sebagai berikut :
"I performed benefactions in the domain of Amun, being overseer of works for my lord. I made a temple for him, (called) “Ramesses-Meryamun-who-hears-prayers” in the upper portal of the domain of Amun. And I erected obelisks of granite in it, whose tops approached the sky, a stone terrace before it, in front of Thebes, the bah-land and gardens planted with trees."
Kemudian E.Frood masih dalam buku yang sama halaman 40 menterjemahkan bagian inkripsi yang lain mengenai Bakenkhonsu sebagai berikut "Member of the pat, count, high priest of Amun, Bakenkhons, true of voice, he says: I was truly assiduous, effective for his lord, who respected the renown of his god, who went forth upon his path, who performed acts of beneficence within his temple while I was chief overseer of works in the domain of Amun, as an excellent confidant for his lord."

Mengenai kehidupan Bakenkhonsu sendiri tertuang di dalam inkripsi tersebut yang menceritakan bahwa dia sekitar umur 24 tahun masuk ke dalam jajaran nabi bagi Amun (~ 1286 BCE), umur 36 tahun (~ 1274 BCE) menjadi nabi ketiga bagi Amun (the third prophet of Amun - hm-ntr-khmt-n-n-'imn), umur 51 tahun (~ 1259 BCE) menjadi nabi kedua bagi Amun (the second prophet of Amun - hm-ntr-sn-n-n-'imn), dan akhirnya umur 63 tahun (~ 1247 BCE) menjadi pendeta tinggi Amun (the first prophet of Amun - hm-ntr-tpy-n-'imn). Di atas telah disebutkan perkiraan tahun ketika Musa lahir dan istri Fir'aun menemukan Musa yang dihanyutkan ke sungai Nil adalah ~ 1278 - 1266 BCE, dan pada saat ini Bakenkhonsu telah menjadi nabi ketiga bagi Amun - hm-ntr-khmt-n-n-'imn, dan menjadi salah seorang berkedudukan tinggi bagi Fir'aun. Dan ketika Musa dan Harus datang menghadap Fir'aun, yang mana di atas disimpulkan sekitar 1228 - 1216 BCE, Bakenkhonsu masih menjadi hm-ntr bagi Fir'aun karena Bakenkhonsu di perkirakan meninggal setidaknya pada usia 90 tahun (~ 1220 BCE). 

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan di atas, informasi mengenai Bakenkhonsu yang di dapat adalah :
  • Bakenkhonsu telah menjadi hmn-tr ketika Musa lahir dan ada sebagai hm-ntr-tpy-n-'imn pada saat Musa dan Harun menghadap Fir'aun.
  • Bakenkhonsu menjadi pendeta Amun ('IMN), yang menjadikan kedudukannya dekat dengan Fir'aun.
  • Bakenkhonsu dijuluki sebagai chief of Works atau overseer of Works (kepala/supervisor Pekerjaan/Pembangunan) dan ditugasi untuk membangun bangunan-bangunan dan monumen-monumen yang dikatakan "mampu mencapai langit", dan juga merupakan orang kepercayaan Fir'aun terutama untuk urusan pembangunan pada masa itu.
  • Bakenkhonsu adalah pendeta tinggi yang meninggal dalam rentang waktu sejak Musa dan Harun datang menghadap Fir'aun pertama kali sampai Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir (sebagaimana yang diisyaratkan oleh surah Al-'Ankabuut (29) ayat 39)

Dan juga berdasarkan perkiraan waktu meninggalnya Bakenkhonsu, as-siniina wa naqshin mina tsamarat atau tahun-tahun kelaparan dan kekurangan buah-buahan, berlangsung lebih lama dari dua tahun, dan di antara tahun-tahun itulah Bakenkonshu meninggal. Mengenai penyebab meninggalnya Bakenkonshu, Al-Qur'an memberikan petunjuk dalam surah Al-'Ankabuut (29) ayat 38-40 sebagai berikut :
[29:38-48] Dan (juga) kaum Ad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan setan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang yang berpandangan tajam. Dan (juga) Karun, Firaun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu (kerikil) dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Jika Kaum Ad dimusnahkan dengan hujan batu (Q.S 69:6-7), kaum Tsamud dengan suara keras yang mengguntur (gempa bumi) (Q.S 54:31), Qarun dibenamkan ke dalam Bumi (Q.S 28:81) dan Fir'aun di tenggelamkan (Q.S 10:90-92), maka Haman menjadi satu-satunya yang tidak disebutkan secara pasti oleh Al-Qur'an. Akan tetapi, mengingat Allah dalam surah Al-'Ankabuut (29) ayat 40 di atas menyebutkan "maka masing-masing (dari mereka) Kami siksa disebabkan dosanya, maka ada di antara mereka ...", maka penyebab kematian sang Haman adalah salah satu dari empat yang di sebutkan. Jika hujan batu (akibat gunung meletus) ataupun tenggelam memiliki kemungkinan lebih kecil, karena Bakenkhonsu tinggal di Mesir dan menurut catatan Bakenkonshu meninggal sebelum Fir'aun (yang kemudian menurut Al-Qur'an mati karena tenggelam). Mengingat posisi Bakenkhonsu sebagai Kepala pekerjaan pembangunan, maka penyebabnya kemungkinan adalah salah satu di antara akibat gempa bumi dan tertimpa reruntuhan, ataukah ditelan oleh Bumi, wallahu a'lam. 


Menara yang mencapai langit

Penyataan Al-Qur'an yang lain yang tidak terdapat dalam kitab terdahulu adalah apa yang disebutkan dalam surah Al-Qashash (28) ayat 38  dan surah Al-Mu'min (40) ayat 36-37 sebagai berikut :
[28:38] Dan berkata Firaun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta".

[40:36-37] Dan berkatalah Firaun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Firaun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Firaun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.
Beberapa kalangan ahli kitab menganggap informasi Al-Qur'an mengenai keinginan Fir'aun yang ingin membangun menara yang tinggi sampai ke langit untuk melihat Tuhan merupakan hasil penyontekan yang salah tempat dari kisah dalam Alkitab yaitu menara Babel. Hanya saja mereka tidak melihat bahwa kisah menara babel dan kisah mengenai keinginan Fir'aun ini adalah dua hal yang berbeda. Tidak ada disebutkan di dalam kitab Kejadian pasal 11 yang menceritakan mengenai menara Babel ini bahwa penduduk babel membangun menara Babel dalam rangka ingin melihat Tuhan. Sekali lagi, dalam mencari kebenaran Al-Qur'an, tidak dengan membandingkannya dengan kitab suci lain, akan tetapi membandingkannya dengan Al-Qur'an itu sendiri ataupun dengan ilmu pengetahuan ataupun bukti sejarah yang disetujui secara ilmiah.

Sebenarnya dari kisah di atas, terlihat jelas bahwa perintah Fir'aun kepada Haman untuk membangun menara sampai ke langit adalah dalam rangka mengejek dan merendahkan Musa dan Harun yang datang kepadanya. Tidak ada satupun ayat dalam Al-Qur'an yang menyatakan bahwa akhirnya menara tersebut jadi dibuat atau bahkan di mulai pembuatannya. Menurut Ibnu Katsir ketika menceritakan mengenai kisah Musa, diceritakan bahwa ketika Haman menerima perintah itu dia mengetahui bahwa mustahil membangun bangunan seperti yang dikatakan Fir'aun. Oleh karena itu, dengan munafik dia mengatakan bahwa perintah tersebut akan dia laksanakan, akan tetapi dia kemudian berkata "Tapi, Yang Mulia, ijinkan hamba mengajukan keberatan kepada Fir'aun yang agung untuk pertama kalinya. Anda tidak akan menemukan siapapun dilangit, karena tidak ada tuhan selain Paduka", dan akhirnya pembangunan menara tersebut pun tidak jadi dilaksanakan (kisah Musa berdasarkan Ibnu Katsir dapat dilihat di http://www.islamawareness.net/Prophets/musa.html).

Namun keinginan Fir'aun ini bukan tanpa alasan. Saat itu di Mesir, bagi raja-raja ataupun orang-orang penting yang meninggal, bagianya di bangun piramida yang dibuat tinggi dan megah berbentuk segitiga dengan ujung yang lancip mengarah ke langit, dengan maksud agar jiwanya setelah meninggal mampu diantarkan dengan lancar menuju langit dan mencapai keabadian. Begitu juga obelisk-obelisk dan monumen-monumen yang ada pada saat itu, ujung lancip mengarah ke langit sebagai simbol keinginan untuk mencapai langit.

Yang menarik untuk diperhatikan di sini adalah apa yang dikatakan dalam surah Al-Qashash (28) ayat 38 "... maka bakarlah untukku, wahai Haman, tanah liat ...(fa-awqid lii yaa haamaanu 'alaa l-tiini)". Penggunaan batu bata dari tanah liat yang dibakar (burnt bricks) baru menjadi umum penggunaannya pada masa Romawi. Sangat sedikit sekali monumen-monumen dan bangunan-bangunan yang diperkirakan berasal dari periode sebelum masa Romawi yang menggunakan tanah liat yang di bakar.

G. Maspero (yang diterjemahkan oleh Amelia B.Edwards) dalam bukunya "Manual of Egyptian Archaeology And Guide To The Study Of Antiquities In Egypt (1985)" halaman 4 menyatakan "Burnt bricks were not often used before the Roman period (Note 4), nor tiles, either flat or curved.". "not often used" tidak berarti tidak pernah digunakan, akan tetapi jarang digunakan sebelumnya. Hal ini dipertegas di dalam note 4 di buku yang sama halaman 334 yang menyatakan bahwa "(4) They (the burnt bricks - red) are found of Ramesside age at Nebesheh and Defenneh; even there they are rare, and these are the only cases I have seen in Egypt earlier than about the third century A.D". Pernyataan yang serupa mengenai penggunaan bata dari tanah liat yang di bakar yang baru umum digunakan pada zaman Romawi juga diungkapkan dalam "Brick And Brick Architecture" in D. B. Redford (Ed.), The Oxford Encyclopedia of Ancient Egypt, 2001, Volume I, Oxford University Press: Oxford (UK), halaman 199.

A.J Spencer, setelah melakukan penelitian yang ekstensif terhadap penggunaan batu bata di Mesir, akhirnya menyimpulkan di dalam bukunya "Brick Architecture In Ancient Egypt" (1979) halaman 141 : " From the foregoing, it must be concluded that burnt brick was known in Egypt at all periods, but used only when its durability would give particular advantage over the mud brick". Hal yang mirip juga diutarakan oleh B. Kemp dalam bukunya "Soil (Including Mud-Brick Architecture)", in P. T. Nicholson & I. Shaw (Eds.), Ancient Egyptian Materials And Technology, 2000 halaman 79 : "The widespread preference for unfired soil architecture was thus through choice rather than ignorance.". Jadi, jarangnya bangsa Mesir dahulu menggunakan tanah liat yang di bakar, bukan dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka akan hal tersebut, akan tetapi lebih ke arah perhitungan ekonomis dimana batu bata biasa dari lumpur (tanpa di bakar) lebih murah dan cepat pengerjaannya. Batu bata dari tanah liat yang dibakar baru digunakan hanya apabila pada bangunan yang dibuat dibutuhkan ketahanan dan kekokohan yang lebih baik daripada batu bata biasa dari lumpur.

Sebuah papirus dari masa Dinasti ke 19 pemerintahan Mesir menunjukkan adanya pernyataan mengenai pembuatan batu bata. Di dalam papirus tersebut terdapat kata "gash", yang kemudian di artikan oleh Adolf Erman dan Hermann Grapow dalam bukunya "Wörterbuch Der Aegyptischen Sprache" (1931) sebagai "membakar batu bata".



Informasi seperti ini tentu saja tidak diketahui oleh orang-orang Arab pada masa Al-Qashash ayat 38 tersebut diturunkan, akan tetapi Al-Qur'an telah memberikan informasi secara tersurat bahwa pada masa Fir'aun yang sezaman dengan Musa, di Mesir telah mengetahui pembuatan batu bata dengan cara membakar tanah liat.

Wallahu a'lam

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

Sumber : http://www.islamic-awareness.org/Quran/Contrad/External/haman.html, http://www.islamic-awareness.org/Quran/Contrad/External/burntbrick.html, dan sumber-sumber lainnya
Narrated Abu Huraira:
I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet .
(Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

untuk melihat dan mencari ayat-ayat Quran dapat melalui http://www.quranplus.com/
panduan kata per kata dapat menggunakan http://corpus.quran.com/wordbyword.jsp
Arabic-English Lane's Lexicon : http://www.tyndalearchive.com/tabs/lane/
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...